Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

Keletihan, Pemulihan, dan Meditasi


Mana yang lebih mudah: beristirahat atau bekerja? Pandangan umum mengatakan,  beristirahat lebih mudah daripada bekerja. Benarkah demikian?
 
Bayangkan Anda berada di tepi pantai. Bersama rekan-rekan, Anda bermain lempar-lemparan kerikil ke atas permukaan air. Siapa yang berhasil membuat kerikil bertahan lebih lama di atas air, dialah yang menang. Atau lemparkan kerikil kuat-kuat ke atas. Siapa yang berhasil melempar kerikil terjauh dan terlama menyentuh permukaan air, dialah yang menang.
 
Sekuat apapun lemparan Anda, kerikil  selalu jatuh ke air. Ketika menyentuh permukaan air, tidak diperlukan lagi upaya keras untuk bergerak. Kerikil  turun dengan perlahan mengikuti arus dan tekanan air. Begitu sampai di landasan, kerikil itu berhenti bergerak dan diam.
 
Anda seperti kerikil itu. Anda mungkin memiliki keinginan, harapan, impian. Anda sudah terbiasa untuk bergulat atau berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang Anda inginkan. Tetapi terpenuhinya keinginan tidak menambah apapun kualitas kebebasan dan kedamaian. Sekuat apa pun Anda berjuang naik, Anda akan tetap terhempas ke bawah. Rumah Anda bukan di atas, tetapi di bawah. Di sanalah Anda menemukan fondasi yang solid untuk kebebasan dan kedamaian Anda.
 
Pada  April 2007, saya mengunjungi sebuah perkampungan Dalit (kasta terendah) di Hyderabad, India. Seorang rekan warga India mengantarkan saya dengan menumpang sebuah bus umum. Busnya besar dan berkapasitas 60 tempat duduk. Tetapi bus ini dijejali lebih dari 100 orang. Saya duduk sederet berlima di barisan tempat duduk yang seharusnya untuk tiga penumpang. Rekan saya berdiri di sebelah saya dengan satu kaki menapak lantai dan satu tangan berpegangan di atas. Ia bilang dengan kecut, suasana seperti ini sudah menjadi pemandangan harian. Saya tersenyum bahagia, karena boleh mengalami denyut jantung India. Sepanjang perjalanan, saya sangat menikmati setiap pemandangan di dalam dan di luar bus.
 
Tiba-tiba terdengar hentakan keras dan guncangan  hebat. Beberapa orang terpental dari tempat duduk. Bus masuk lubang! Orang-orang tampak sangat marah. Beberapa orang memaki-maki sopir yang tidak hati-hati. Rekan saya terlihat tegang. Berkali-kali ia mengatakan maaf, tidak bisa mendapatkan bus yang baik untuk saya. Dan setiap kali saya mencoba meyakinkannya bahwa saya bahagia dengan apa pun yang saya alami.
 
Saat bus kembali berjalan normal, seorang ibu setengah baya di sebelah saya mabuk dan muntah-muntah. Dengan muka  masam, cepat-cepat rekan saya menarik saya supaya sedikit menjauh. Saya kembali mencoba meyakinkannya, supaya tidak perlu khawatir dengan diri saya.
 
Rekan saya  berasal dari kelompok Dalit juga. Ia sudah terbiasa berjuang supaya diakui martabatnya, supaya bisa bertahan hidup, supaya diperlakukan secara manusiawi. Berabad-abad lamanya orang-orang Dalit ini berjuang, dari nenek-moyang sampai anak-cucu mereka. Mereka terus berjuang dan tidak pernah kenal berhenti.
 
Kebanyakan orang  seperti kaum Dalit : terus bekerja dan tidak pernah betul-betul mau beristirahat. Setiap hari orang bekerja. Kalau bisa, menambah lebih dari 24 jam sehari. Saat tidur, masih saja orang dikejar-kejar oleh pikiran. Ketika berdoa atau bermeditasi, masih saja memakai otak. Orang pikir, otak bisa membebaskan. Kenyataannya, semakin banyak otak dipakai, semakin orang mengalami keletihan. Namun, tetap saja banyak orang tidak mau betul-betul beristirahat.
 
Lihatlah burung-burung di udara. Bukankah buruh-burung itu berhenti terbang di dahan pepohonan, ketika keletihan menyergap? Dan setelah kekuatan pulih, mereka kembali terbang lebih bebas ke mana saja mereka mau?
 
Amatilah apa yang dilakukan hewan-hewan di hutan ketika mereka terluka. Mereka tahu tempat yang aman untuk beristirahat dan menyembuhkan luka. Mereka tidak perlu khawatir bagaimana harus berburu dan mendapatkan mangsa. Mereka hanya beristirahat dan membiarkan alam menyembuhkan luka mereka.
 
Anda adalah orang-orang yang terluka. Secara fisik, tubuh Anda mudah sekali terluka dan butuh pemulihan. Ketika sakit, Anda harus beristirahat. Setiap hari Anda harus tidur cukup, supaya nanti bisa kembali beraktivitas dengan segar.
 
Secara emosional, hati Anda juga sering kali terluka. Namun Anda sering tidak mau mengistirahatkan pikiran atau kesadaran Anda.
 
Secara spiritual, jiwa Anda sering kali juga terluka. Namun Anda tidak mau sungguh-sungguh berhenti dan membiarkan batin Anda disembuhkan.
 
Orang-orang postmodern adalah orang-orang yang tidak mau betul-betul beristirahat. Mereka terus sibuk, meskipun sudah menderita keletihan dan kehabisan kekuatan. Energi untuk terus menyibukkan diri dan tidak mau beristirahat ini  begitu kuat,   sudah menjadi kebiasaan yang mengakar.
 
Untuk mengubah kebiasaan ini, orang perlu berlatih untuk menikmati seni beristirahat. Dalam meditasi duduk (sitting meditation), misalnya, Anda berlatih untuk duduk diam dengan batin yang hening. Saat tidur, orang tidak sadar. Sedangkan saat bermeditasi, Anda  seperti orang tidur atau istirahat total, tetapi sepenuhnya sadar. Sadarilah secara pasif tubuh dan batin, hingga pikiran dan reaksi-reaksi mental menjadi teduh dan berhenti secara alamiah.
 
Meditasi berjalan (walking meditation) adalah contoh yang lain. Anda biasanya berjalan karena punya tujuan tertentu. Namun, dalam meditasi berjalan, Anda berlatih bahwa setiap langkah Anda adalah tujuan itu sendiri. Setiap kali, Anda hanya melangkah sekali dan langkah Anda unik. Ketika Anda bersatu dengan setiap langkah Anda, maka setiap langkah Anda menjadi inspirasi, sumber kedamaian, dan penyembuhan.
 
Betapa sering orang hidup, bergerak, dan meng-ada di luar kesatuan pikiran (mind), tubuh (body), dan roh (spirit). Orang sering hanya hidup dengan tubuhnya, tetapi tidak dengan pikirannya. Atau hidup dengan pikirannya, tetapi tidak dengan tubuhnya. Atau hidup dengan pikiran dan tubuhnya, tetapi tidak dengan rohnya.
 
Meditasi adalah seni beristirahat, seni membangkitkan energi Kesadaran Murni. Energi Kesadaran Murni terlahir ketika pikiran berhenti dan pikiran berhenti kalau terus-menerus disadari. Energi ini memulihkan luka, keletihan, dan keterasingan manusia.( J Sudrijanta )