Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

MENGENAL MIGREN


Jika anda sering mengalami sakit kepala yang berdenyut hebat dan berulang, terutama yang menyerang di satu sisi kepala, anda mungkin menderita migren. Kadangkala juga disertai dengan perasaan mual dan muntah. Ini adalah jenis sakit kepala yang umum. Sebelum masa pubertas, anak laki-laki mempunyai peluang yang sama dengan anak perempuan untuk mengalami sakit kepala ini. Namun, setelah masa itu, peluang perempuan akan lebih besar. Menurut sebuah studi, 10 persen dari orang dewasa di dunia menderita jenis sakit kepala ini.

Apa Itu Migren?
Migren adalah sakit kepala neurovaskular, yaitu yang disebabkan oleh terjadinya suatu kombinasi antara pelebaran pembuluh darah dan dilepaskannya suatu zat kimia dari serat – serat saraf yang menyelimuti pembuluh darah tersebut. Saat terjadinya, arteri temporal (arteri yang berjalan disekitar pelipis) akan melebar. Pelebaran ini akan menyebabkan terjadinya peregangan pada serat saraf di sekitar arteri sehingga merangsang serat saraf ini melepaskan zat kimia yang menyebabkan terjadinya peradangan dan rasa sakit yang hebat. Apa yang menjadi pemicu pelebaran pembuluh darah ini belum diketahui dengan pasti, namun kadar serotonin abnormal rendah bisa memicu konstriksi pembuluh darah.
Serangan sakit kepala ini umumnya akan mengaktifkan saraf simpatis, yaitu saraf yang menjadi bagian dari sistem saraf manusia yang berfungsi mengendalikan respon tubuh terhadap stres dan nyeri. Peningkatan aktivitas saraf simpatis pada usus akan menyebabkan rasa mual, muntah dan diare.  Juga akan menurunkan aliran darah sehingga kulit akan tampak pucat dan dingin, serta menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Pada beberapa kasus, migren dapat disebabkan kelainan pembentukan pembuluh darah. Untuk jenis seperti ini, rasa sakitnya hampir selalu dirasakan pada bagian yang sama.
Gejala
Biasanya ada 4 fase gejala, walaupun tidak semua penderita mengalami fase-fase ini. Pertama adalah fase prodromal, yaitu berbagai gejala yang kurang jelas seperti gelisah, rasa mengantuk, rasa malas, depresi, mual, muntah, sensitif terhadap cahaya dan suara, diare, leher kaku, dan menguap berlebihan. Yang kedua adalah fase Aura, yaitu gangguan penglihatan karena perubahan aliran darah di otak. Sebelum migren menyerang biasanya penderita akan melihat cahaya yang sangat terang atau gelap.
Fase selanjutnya adalah serangan sakit kepala itu sendiri. Tanpa tindakan atau pengobatan, biasanya, migren berlangsung antara 4 sampai 72 jam. Nyeri kepala yang hebat di satu sisi, kadang bisa menyebar ke seluruh kepala yang dapat disertai mual, sensitif terhadap cahaya dan suara, wajah terasa kebal, dan badan terasa dingin.
Terakhir adalah fase postdromal, yaitu fase dimana penderita mengalami kelelahan dan perasaan tidak jelas setelah serangan migren.
Pengobatan
Pengobatan migren disesuaikan dengan jenis migren yang diderita. Ada beberapa jenis terapi yang digunakan, seperti terapi abortif, untuk menghentikan serangan dan terapi profilaksis, untuk mencegah serangan. Tidak semua jenis migren diberikan obat yang sama, karena pencetus dan penyebabnya bisa berbeda. Pemberian obat yang salah, dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan yang lain. Langkah paling aman adalah berkonsultansi dengan dokter anda untuk mendapatkan tindakan, terapi dan pengobatan terbaik. (ARP)
puan sebaiknya menunggu hingga usia 50 (bukan 40) untuk memeriksakan diri setiap tahun (dengan mammogram), dan kaum pria untuk tidak melakukan pemeriksaan dengan PSA sama sekali.

Para peneliti tidak menganjurkan para dokter untuk menghentikan pemeriksaan dan pengobatan, jika mereka percaya bahwa pasiennya mempunyai masalah kesehatan, namun tidak untuk masyarakat secara umum. Lebih jauh, ini mengindikasikan bahwa para tenaga kesehatan dianjurkan untuk lebih memokuskan masalah pasien dengan berbagai masalah spesifiknya, bukannya melakukan “pemborosan” sumberdaya dengan hal-hal yang tidak perlu yang bahkan dapat memunculkan masalah kesehatan lainnya.

Pendapat agak berbeda dinyatakan oleh dr. Armeilia A. Rachim, SpTHT yang mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan rutin tetap diperlukan oleh orang-orang yang sudah memasuki usai 40 tahun, untuk mendeteksi hal-hal atau penyakit yang tidak tampak gejalanya karena faktor usia. Namun, ia juga menambahkan bahwa sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan, ada baiknya tiap orang untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokternya untuk memastikan pemeriksaan kesehatan apa saja yang diperlukan untuk mencegah hal yang tidak perlu dan juga mencegah timbulnya problem kesehatan lain. Pendapat ini diamini oleh dr. Ari Fahrial Syam, yang menambahkan bahwa pemeriksaan dan tes screening secara teratur merupakan metode terbaik untuk mendeteksi gangguan yang mungkin sudah ada dalam tahap dini. Terlebih keberhasilan pengobatan yang dilakukan pada tahap ini sangat besar.

Fenomena sakitnya mantan Menteri Kesehatan RI, Endang Rahayu Sedyaningsih, yang terdekteksi mengalami gangguan di paru-parunya, mengingatkan kita juga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin. (ARP)