Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.
Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis
komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.
Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.
Terapi Kraniosakral
Apa itu Terapi Kranio-Sakral (Craniosacral Therapy)?
Kraniosakral dikembangkan dari aliran kedokteran osteopati kranio-sakral oleh Dr. Sutherland pada awal abad ke-20. Terapi Kraniosakral adalah suatu metode yang lembut, untuk mengevaluasi dan meningkatkan fungsi dari sistem fisiologi tubuh yang disebut sistem kaniosakral.
Kraniosakral merupakan sistem tubuh yang terdiri dari membran (selaput tipis jaringan yang menutupi permukaan otak) dan cairan yang mengelilingi dan melindungi otak (cerebrospinal) serta susunan belakang otak (bagian memanjang dari sistem saraf pusat yang dikelilingi oleh tulang belakang/spinal cord).
Pengguna Terapi Kraniosakral yang terbanyak adalah mereka yang menderita gejala-gejala kronis, yang tidak bisa ditangani dengan pendekatan terapi lain. Khususnya mereka yang mengalami cedera di kepala, leher atau punggung karena kecelakaan. Sentuhan-sentuhan ringan yang digunakan dalam terapi ini juga menjadikannya sebagai pendekatan yang aman untuk menangani anak-anak dan bayi yang mengalami trauma proses kelahiran.
Indentifikasi masalah yang tepat waktu dan pelepasan hambatan pada sistem kraniosakral bisa mencegah problema masa depan seperti kesuilitan belajar dan hiperaktivitas (ADD/ADHD).
Terapi Kraniosakral juga efektif menangani disfungsi yang berhubungan dengan stres (insomnia, kelelahan kronis, pencernaan, kecemasan dan temporomandibular joint), atau berbagai masalah hilangnya penciuman dan pengecapan, tinnitus (telinga berdengung), vertigo dan masalah neuralgia seperti sciatica (nyeri sepanjang saraf pangkal paha) dan tic douloureux (sekalor).