Pernyataan:
Sehat Indonesia berusaha menyaring dan hanya menyajikan informasi yang bermutu, namun setiap pandangan atau pendapat yang disajikan dalam portal ini adalah tanggung jawab masing-masing penulis.

Informasi di portal ini tidak bertujuan untuk menjadi pengganti diagnosis medis komprehensif. Semua konten, termasuk teks, grafik, gambar dan informasi, yang terdapat pada atau tersedia melalui portal sehat indonesia adalah sebagai informasi umum dan analisa pembanding. Semua informasi dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Sehat indonesia tidak bertanggung jawab atas isi saran/diagnosa/terapi/kursus/jasa maupun informasi lainnya yang diperoleh dari praktisi kesehatan, produk maupun situs afiliasi (link) melalui portal ini.

Jin Shin Jyutsu: Keajaiban yang merilekskan dan menyembuhkan


Bagaimana hubungan kuatir, takut, marah, sedih dan berusaha terlalu keras mempengaruhi kesehatan tubuh kita?

Apakah hanya dengan ”sesederhana” sentuhan lembut di tubuh kita, maka kita bisa rileks dan sehat paripurna?


Membiasakan diri dengan keajaiban adalah suatu hal yang dialami oleh mereka yang mempraktekkan seni penyembuhan kuno Jepang ini. Carlos Gutterres, seorang instruktur JIN SHIN JYUTSU dari Brazil pernah
menuturkan bahwa “Belajar JIN SHIN JYUTSU adalah belajar membiasakan diri untuk menyaksikan terjadinya keajaiban.”

Di tengah-tengah kehidupan modern yang serba rumit/ kompleks, dimana sesuatu yang rumit/ kompleks merupakan hal yang dianggap canggih, manjur, hebat dan lain sebagainya, maka “kesederhanaan” sepertinya adalah suatu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan seni penyembuhan dari Jepang ini. Hanya dengan sentuhan ringan dan lembut, JIN SHIN JYUTSU mampu menghasilkan efek yang merilekskan serta menyehatkan. Bagaikan
‘akupunktur tanpa jarum, akupresur tanpa tekanan’, seni penyembuhan ini sangat aman, alamiah serta tidak menimbulkan efek samping.

Kewaspadaan orang untuk menghindari atau mencegah penyakit, sangat sulit untuk dilawan. Namun, bukti terakhir dari kelompok-kelompok kesehatan pemerintah di Amerika Serikat, seperti The United States Preventive Services Task Force (USPSTF) menunjukkan bahwa data tidak selalu mendukung pemikiran bahwa pemeriksaan rutin akan menghasilkan tingkat kesehatan yang lebih baik.

Sebuah kasus dalam penelitian pemeriksaan kanker prostat dan payudara, menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan mammogram atau prostate specific antigen (PSA) dapat menyebabkan “perlakuan berlebih” (overtreatment)
terhadap tumor yang kecil kemungkinannya menyebabkan penyakit serius dalam masa hidup seseorang. Sebaliknya menyebabkan ketegangan fisik dan emosional yang tidak perlu. USPSTF merekomendasikan seorang perempuan sebaiknya menunggu hingga usia 50 (bukan 40) untuk memeriksakan diri setiap tahun (dengan mammogram), dan kaum pria untuk tidak melakukan pemeriksaan dengan PSA sama sekali.

Para peneliti tidak menganjurkan para dokter untuk menghentikan pemeriksaan dan pengobatan, jika mereka percaya bahwa pasiennya mempunyai masalah kesehatan, namun tidak untuk masyarakat secara umum. Lebih jauh, ini mengindikasikan bahwa para tenaga kesehatan dianjurkan untuk lebih memokuskan masalah pasien dengan berbagai masalah spesifiknya, bukannya melakukan “pemborosan” sumberdaya dengan hal-hal yang tidak perlu yang bahkan dapat memunculkan masalah kesehatan lainnya.

Pendapat agak berbeda dinyatakan oleh dr. Armeilia A. Rachim, SpTHT yang mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan rutin tetap diperlukan oleh orang-orang yang sudah memasuki usai 40 tahun, untuk mendeteksi hal-hal atau penyakit yang tidak tampak gejalanya karena faktor usia. Namun, ia juga menambahkan bahwa sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan, ada baiknya tiap orang untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokternya untuk memastikan pemeriksaan kesehatan apa saja yang diperlukan untuk mencegah hal yang tidak perlu dan juga mencegah timbulnya problem kesehatan lain. Pendapat ini diamini oleh dr. Ari Fahrial Syam, yang menambahkan bahwa pemeriksaan dan tes screening secara teratur merupakan metode terbaik untuk mendeteksi gangguan yang mungkin sudah ada dalam tahap dini. Terlebih keberhasilan pengobatan yang dilakukan pada tahap ini sangat besar.

Fenomena sakitnya mantan Menteri Kesehatan RI, Endang Rahayu Sedyaningsih, yang terdekteksi mengalami gangguan di paru-parunya, mengingatkan kita juga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin. (ARP)

KONSEP DASAR JIN SHIN JYUTSU

Ada beberapa konsep dasar yang menjadi pedoman dasar dari seni penyembuhan ini:
•    Di seluruh alam semesta dan setiap diri manusia mengalir energi kehidupan murni.
•    Nafas adalah ekspresi yang paling mendasar untuk mengalirnya energi kehidupan ini.
•    Dalam keadaan harmonis/ sehat, energi ini bergerak dengan bebas. Adapun jika ada pergerakan energi ini terhambat, maka timbullah berbagai keluhan atau ketidaknyamanan di tubuh.

Hambatan Energi Kehidupan - yang akan menciptakan masalah fisik, mental dan emosional - semuanya disebabkan oleh sikap hati.  Ada 5 sikap hati yang menyebabkan ketidakharmonisan/ ketidakseimbangan aliran energi :  Kuatir, Takut, Marah, Sedih dan Berusaha Terlalu Keras/ Kepura-puraan.

JIN SHIN JYUTSU adalah suatu seni penyembuhan yang efektif untuk meredakan stress dimana hal tersebut mampu meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. JIN SHIN JYUTSU bisa dengan mudah dipelajari melalui pelatihan serta dipraktekkan sendiri sebagai bagian dari proses penyembuhan diri sendiri maupun dengan bantuan seorang praktisi JIN SHIN JYUTSU yang terlatih.

Ingin mencoba berlatih JIN SHIN JYUTSU dengan sederhana? Cobalah latihan sederhana berikut ini untuk mengharmoniskan 10 (sepuluh) organ tubuh penting dan 5 sikap hati. Caranya?

”Cukup menggenggam jari-jari tangan masing-masing selama kira-kira 1 – 3 menit (boleh kiri atau kanan) dengan lembut (tanpa diremas) dan rileks.”

 

Latihan dapat dilakukan sambil berdiri, duduk maupun berbaring bahkan bisa dilakukan sambil melakukan aktivitas, misalnya rapat, menunggu kendaraan umum atau antrean dan sebagainya. Meskipun demikian, berapapun banyaknya latihan yang Anda lakukan dalam sehari, luangkanlah berlatih paling tidak sekali sebelum istirahat malam dengan kondisi yang rileks, tenang dan hening. Latihlah secara rutin dengan tekun dan Anda akan merasakan manfaatnya secara optimal. ( Nugdha Achadie )